Jambu Biji Getas Merah
Jambu biji merah Getas merupakan hasil temuan Lembaga Penelitian Getas, Salatiga, Jawa Tengah pada tahun 1980-an, sebagai hasil silangan antara jambu biji Pasarminggu yang berdaging merah dengan jambu biji bangkok. Jambu biji merah Getas memiliki daging buah merah menyala atau merah cerah, tebal, manis, harum, dan segar dengan bobot rata-rata 400 g/buah. Karena keunggulan inilah jambu biji merah Getas diminati konsumen selain dapat meningkatkan trombosit darah pada penderita DBD.
Secara umum jambu biji dapat tumbuh di segala macam iklim dan lahan. Namun, hasil yang baik bisa diperoleh bila syarat tumbuhnya diperhatikan. Ketinggian tempat tumbuhnya hingga 1.000 m di atas permukaan laut. Tanah yang baik untuk pertumbuhannya ialah jenis tanah berpasir, gembur, serta banyak mengandung unsur organik. Meskipun demikian, di tanah yang berat dan liatpun jambu air masih bisa tumbuh baik. Kedalaman air tanah yang baik antara 50-200 cm. Derajat keasaman tanahnya berkisar antara 4-8. Curah hujan optimum tidak kurang dari 2.000 mm per tahun atau sekitar 7-12 bulan basah.
Karena pembungaan terjadi pada pucuk yang baru muncul, pola pembuahannya sesuai dengan pola pertumbuhan serentak daun-daunnya. Pada pemeliharaan secara minimum di daerah-daerah tropik sering terjadi adanya panen raya dan panen tambahan yang jumlahnya sedikit, yang bertalian dengan banyak atau sedikitnya daun yang tumbuh secara serentak. Penatalaksanaan mungkin ditujukan untuk memaksimalkan panen raya dan memapankan daur pembuahan yang kurang dari setahun. Untuk itu pohon dipangkas dan dirompes segera setelah panen, untuk merangsang muntulnya daun secara serentak yang akan menghasilkan buah untuk musim berikutnya. Mengingat masa dari pembungaan sampai panen adalah 14–20 minggu, yang bergantung kepada kultivarnya, maka daur pertumbuhannya 7-9 bulan. Teknik-teknik penatalaksanaan lain, seperti pemupukan dan sebagainya, disesuaikan dengan keadaan iklim subtropik yang pada dasarnya hanya terjadi satu kali panen dalam daur perturnbuhan satu tahun. Di Thailand, pengairan selama musim kering dan pemangkasan ringan yang berulangulang dilakukan untuk mernacu keluarnya pucuk pembungaan agar produksi dapat berlangsung sepanjang tahun. Jika panen didaurkan, sebagian besar pupuk diberikan sebagai pupuk dasar pada akhir saat panen, dan jika perlu ditambah dengan pemupukan lewat daun. Jika pohon dipanen terusmenerus, pupuk diberikan dalam beberapa dosis kecil. Tahap pupuk daun minimal adalah kira-kira: 1,65% N, 0,26% P, 1,4% K, 1,25% Ca, dan 0,3% Mg. Pada- pohon muda yang subur, cabang-cabang utatna dapat dibengkokkan ke arah bawah dan dipangkas untuk merangsang . -berseminya tunastunas lateral. Pada awal musim berbuah- berikutnya beberapa cabang yang subur dipotong untuk membiarkan terbentuknya struktur pohon terbuka. Jika pohon berbuah dengan baik, cabang-cabangnya akan cepat menjadi dewasa, sehingga pohon yang dewasa tekaaannya terletak pada, pemangkasan penggantian: cabang-cabang yang menggantung dipangkas sehingga tinggal ranting-ranting muda. Dengan cara ini, tinggi dan lebatnya pohon dibatasi, sehingga pohon-pohon dapat ditanam dengan jarak rapat dan tidak diperlukan tangga (Thailand). Penjarangan buah diperlukan untuk hasil buah segar yang akan dipasarkan. Pucuk lateral. pada umumnya menghasilkan 2–6 kuntum bunga, dan hanya 1 atau . 2 butir buah yang sebaiknya dipertahankan: Di Thailand, buah jambu biji dibungkus setelah dilakukan penjarangan: Perlakuan ini akan mempertinggi kualitas buah dan melindunginya dari serangan lalat buah. Waupun begitu, karena digunakan kantung plastik yang akan mengembunkan uap air di dalamnya, buah harus dipanen dalam keadaan masih hijau untuk mencegah pembusukan. Di Filipina digunakan kantung kertas untuk keperluan tersebut.
Jambu biji yang ditanam agar buahnya dapat diolah diperbanyak dengan benih; sekitar 70% semainya mempertahankan karakteristik umum dari pohon induknya. Benihnya berkecambah dengan baik, dalam waktu 15–20 hari sejak penyemaian dan viabilitasnya dalam jangka waktu yang panjang. Semai-semai dicabut dan dipindahtanamkan ke pembibitan ditanam berbaris atau dalam pot untuk dipelihara lebih lanjut sampai siap untuk ditanam di lapangan (setelah 6-12 bulan), atau untuk dilakukan penyambungan. Jambu biji yang ditanam untuk diambil buah segarnya diperbanyak secara klon. Di Asia Tenggara biasanya dilakukan melalui cangkokan, tetapi untuk jumlah yang besar dianjurkan untuk melakukan tempelan perisai atau tambalan (shield atau patch buddings) di atas batang bawah yang berasal dari semai. Keberhasilannya bergantung kepada suburnya pertumbuhan pohon induk dan batang bawahnya. Ranting yang- bermata tunas hendaknya sudah dewasa (kulit kayunya sudah tidak hijau lagi) dan daun-daunnya dibuang 2 minggu sebelum pelak sanaan penempelan agar tunas-tunasnya membengkak. Penempelan dilaksanakan segera setelah batang bawah cukup besar untuk ditempeli tunas; pada ranting yang tua tunasnya tidak mudah tumbuh. Tanaman tempelan siap untuk dipindahtanamkan ke lapangan setelah 4-5 bulan. Cara perbanyakan lainnya dapat juga dikerjakan, misalnya menggunakan penyetekan atau penyambungan: Perbanyakan secara mikro menggunakan eksplan buku dari pohon induknya telah dilaporkan oleh India dengan keberhasilan 74 % dalam pemindahtanaman. Untuk mengelola kebun buah-buahan secara intensif di Thailand (pemangkasan yang sering, penanaman yang terus-menerus), pohon-pohon hanya ditanam dengan jarak 4–6 m, tetapi semai-sernai yang diambil buahnya untuk diolah dapat ditanam dengan jarak sampai 10 m x 8 m.
Nilai gizi yang paling menonjol pada buah jambu biji adalah kandungan vitamin C, bahkan terbaik di antara buah-buahan tropika lainya. Jambu biji mengandung vitamin C 2-9 kali lebih banyak daripada jeruk.
Vitamin C pada jambu biji sebagian besar terdapat pada kulit dan daging buah, dan paling tinggi saat buah menjelang matang. Karena itu, untuk mendapatkan manfaat vitamin C secara maksimal, buah sebaiknya dikonsumsi menjelang matang.
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, antara lain sebagai ko-enzim dan ko-faktor. Fungsi vitamin C berkaitan erat dengan pembentukan kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang, meningkatkan serapan dan metabolisme zat besi dan absorpsi kalsium, serta menguatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, termasuk infeksi virus dengue. Hal inilah yang menyebabkan buah jambu biji dapat membantu mengatasi penyakit DBD.
Vitamin C pada jambu biji sebagian besar terdapat pada kulit dan daging buah, dan paling tinggi saat buah menjelang matang. Karena itu, untuk mendapatkan manfaat vitamin C secara maksimal, buah sebaiknya dikonsumsi menjelang matang.
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, antara lain sebagai ko-enzim dan ko-faktor. Fungsi vitamin C berkaitan erat dengan pembentukan kolagen, sintesis karnitin yang berperan dalam pengangkutan asam lemak rantai panjang, meningkatkan serapan dan metabolisme zat besi dan absorpsi kalsium, serta menguatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi, termasuk infeksi virus dengue. Hal inilah yang menyebabkan buah jambu biji dapat membantu mengatasi penyakit DBD.
Pengetahuan awam yang dianggap tradisional bahwa jambu biji merah dapat memperbaiki kondisi pasien demam berdarah telah dibuktikan secara ilmiah. Hasil penelitian menunjukkan, pemberian jus jambu kepada penderita DBD yang baru demam 2-3 hari lebih efektif dibanding setelah demam 4-6 hari. Dosis yang diberikan adalah 500 cc jus jambu biji dalam satu kali 24 jam.
Jambu biji merah mengandung zat golongan flavonoid, yaitu quersetin, salah satu dari 4.000 jenis flavonoid. Ekstrak Daun Jambu Biji Selain buah, daun jambu biji tua juga mengandung berbagai komponen yang berkhasiat mengatasi penyakit DBD. Hasil penelitian Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menunjukkan, ekstrak daun jambu biji dapat menghambat perkembangan virus dengue dan mempercepat peningkatan jumlah trombosit darah.